Rabu, 19 Juni 2013

ORANG YANG PALING DEKAT DENGAN NABI صلى الله عليه وسلم DI HARI KIAMAT

Saudaraku rohimaniyallohu wa iyyakum. Dalam rubrik percikan Iman kali ini kita akan mempelajari bersama tentang orang yang pali dekat dengan Nabi صلى الله عليه وسلم di hari Qiyamat.
Diriwayatkan dari Jabir رضي الله عنه bahwa Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun. ” Sahabat berkata: “Ya Rosululloh… kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong. ” (Hadits riwayat Al-Imam At-Tirmidzi. Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shohih Sunan At-Tirmidzi)
Saudaraku yang budiman. Di dalam hadits ini Rosululloh صلى الله عليه وسلم menerangkan bahwa orang yang paling dekat dengan beliau adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Maka apabila akhlak kita semakin mulia, niscaya kedudukan kita di hari kiamat kelak akan semakin dekat dengan beliau صلى الله عليه وسلم dibandingkan selain kita. Sedangkan orang yang terjauh posisinya dari Nabi صلى الله عليه وسلم pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى menerangkan bahwa ma’na tsartsarun adalah orang yang banyak bicara dan suka menyerobot pembicaraan orang lain. Apabila dia duduk ngobrol dalam suatu majlis, dia sering menyerobot pembicaraan orang lain, sehingga seolah-olah tidak boleh ada yang bicara dalam majlis itu selain dia. Dia berbicara, tanpa membiarkan orang lain leluasa berkata-kata. Perbuatan seperti ini tidak diragukan lagi termasuk kesombongan. Yang dimaksud majlis dalam konteks ini adalah pembicaraan-pembicaraan sehari-hari bukan majlis ilmu atau pengajian. Sebab jika suatu saat kita mendapat kesempatan untuk memberikan nasihat atau mengisi kajian di depan mereka lalu kita sendirian yang lebih banyak berbicara maka hal ini tidaklah mengapa. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى menerangkan bahwa makna mutasyaddiqun adalah orang yang suka berbicara dengan gaya bicara yang meremehkan orang lain, seolah-olah dia adalah orang paling fasih. Itu dilakukannya karena kesombongan dan bangga diri yang berlebihan. Seperti contohnya berbicara dengan menggunakan bahasa Arab di hadapan orang-orang awam. Sebab kebanyakan orang awam tidak paham bahasa Arab. Seandainya kita mengajak bicara mereka dengan bahasa Arab, maka tentulah hal itu terhitung sikap berlebihan dan memaksa-maksakan dalam pembicaraan. Adapun jika kita sedang mengajar di hadapan para penuntut ilmu, maka biasakanlah berbicara dengan bahasa Arab dalam rangka mendidik dan melatih mereka agar sanggup berbicara dengan bahasa Arab. Adapun terhadap orang awam maka tidak selayaknya kita berbicara dengan mereka dengan bahasa Arab, tetapi hendaknya kita berbicara dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami, dan jangan banyak memakai istilah-istilah asing. Artinya janganlah kita menggunakan kata-kata asing yang sulit mereka mengerti, karena hal itu termasuk berlebihan dan angkuh dalam pembicaraan. Saudaraku yang budiman, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin رحمه الله تعالى juga menerangkan makna mutafaihiqun: Nabi صلى الله عليه وسلم telah menerangkannya yaitu orang-orang yang sombong. Orang sombong ini bersikap angkuh di hadapan orang-orang. Jika berdiri untuk berjalan seolah-olah dia berjalan di atas helaian daun (dengan langkah kaki yang dibuat-buat –pent) karena adanya kesombongan di dalam dirinya. Perilaku ini tidak diragukan lagi termasuk akhlak yang sangat tercela. Wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya. Karena yang namanya orang tetap saja manusia biasa, maka hendaklah dia mengerti ukuran dirinya sendiri. Meskipun dia telah dikaruniai sekian banyak harta, kedalaman ilmu atau kedudukan yang tinggi oleh Alloh سبحانه وتعالى , seyogyanya dia merendahkan hati (tawadhu’).
Sikap tawadhu’ orang-orang yang telah mendapat anugerah harta, ilmu, atau kedudukan tentu lebih utama nilainya daripada tawadhu’nya orang-orang yang tidak seperti mereka. Oleh sebab itu terdapat dalam sebuah hadits yang memberitakan orang-orang yang tidak akan diajak bicara oleh Alloh سبحانه وتعالى dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat, diantara mereka adalah:“Orang miskin yang sombong”. Sebab orang miskin tidak mempunyai faktor pendorong (modal) untuk sombong…. Sudah semestinya orang-orang yang diberi anugerah nikmat oleh Alloh سبحانه وتعالى semakin meningkatkan syukurnya kepada Alloh سبحانه وتعالى serta semakin tambah tawadhu’ kepada sesama.
Saudaraku yang budiman rohimaniyallohu wa iyyakum. Demikianlah pertemuan kita kali ini, tentang orang yang paling dekat dekat dengan Nabi صلى الله عليه وسلم di hari qiyamat. Insya Alloh kita akan berjumpa kembali dalam edisi dan kesempatan berikutnya. Semoga Alloh سبحانه وتعالى memberikan taufiq kepada kita semua untuk memiliki akhlak yang mulia dan amal yang baik, dan semoga Alloh عزوجل menjauhkan kita dari akhlak-akhlak yang buruk dan amal-amal yang jelek, sesungguhnya Dia Maha dermawan lagi Maha mulia . والله ولي التوفيق . نَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَرْزُقَنَاوَإِيَّاكُمْ الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar